Minggu, 10 November 2013

Pulang Rumah



Muhammad Rauf, mahasiswa Jurusan Tarbiyah, Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jember, telah pulang ke rumahnya (ucapan yang tak penting). Dia cukup rajin untuk satu kelasnya (meski hanya menurut ‘satu kelas’). Rumahnya di Jenggawah, dan yang pasti Kabupaten Jember. Parasnya yang unyu-unyu, meski tak dapat dipungkiri usianya memang sudah lanjut (entah lanjut 13 atau 40), membuat banyak orang tak mengerti dia adalah orang yang cukup aktif dalam suatu forum. “Dia itu mas, kalau di kelas banyak memberi sumbangsih pemikiran kepada kelas. Hebat kok mas. Meskipun dari luar dia memang tak banyak bicara,” ungkap salah satu teman kelasnya.
Tidak percaya dengan ocehan satu pihak (teman sekelas), saya bertanya pada Mohammad Bahrul Ulum, salah satu aktifis kampus yang kebetulan satu perjuangan menjadi aktifis (bukan pendemo). “Buh, kalau di forum itu aktif bertanya mas (tertawa),” kata Ulum, julukan yang diberikan oleh lingkungannya. Dua kubu membela Rauf habis-habisan. Tidak puas dengan jawaban yang masih condong dengannya, saya bertanya pada teman seperjuangan lainnya. “Ah, anaknya itu tertutup mas, malu-malu,” ujar Mutrika, yang apes mendapat julukan Muterik.
Rasa puas sudah saya dapatkan dari kubu ketiga. Tapi masih ada yang mengganjal benak diri. Setelah beberapa kali mikir, ketemu juga jawabanya. Saya berniat meneliti dia sebagai orang yang super aktif atau tidak. Eh, ternyata memang benar. Dia itu dari luar diam, kalau di dalam super aktif (penilaian subjekti dan haram untuk dijadikan rujukan).
Saya menyesal pada tanggal 10 No*ember 2013 (terserah mau pakai ‘v’ atau ‘p’ gak ada larangan) dia menyatakan dengan tegas untuk tidak akti super aktif lagi. Gejolak iman menjadi turun terhempas oleh topan Haiyan di Filipina. “Lak wes wayahe yo jarno, iku kuasane kuoso,” tutut orang yang ada di dalam kepingan CD di pasar Tanjung.

*Tulisan ini hanya fiktif belaka J