Jumat, 27 September 2013

Emil

Emil. Jangan kau umbar dada mu
Kancinglah rapat-rapat
Aku tak ingin orang lain tahu,
Payudaramu sudah tak segar lagi, terhisap
Oleh Ardi, teman ku sendiri

Ingin ku jahit mulutnya, atau
Sekadar putus hubungan pertemanan dengan-nya
Tapi, bukankah kita tercipta untuk saling mengerti dan memaafkan?
Dan engkau rela tergantung di bawah pohon nangka, hanya
Tidak ingin menyusahkan orang lain, serta menyimpannya sendiri?

Aku mencari catatan mu tak ada
Aku dengarkan hatimu, tak ada suara
Hanya pahatan nama lelaki brengsek di bawah kasurmu
Memang, kau pernah punya cinta dengan Ardi. Lelaki
Asal Taruman, anak tukang jagal sapi
Itu dulu, saat Kau masih perawan


 (28/09/2013)


Rabu, 11 September 2013

Seputar Wacana



Peraturan kau buat begitu dalam
Milyaran sampai triliunan kau gunakan
Untuk makan
Atau hotel berbintang dengan pelayan aduhai

Aku kau setir
Gerak-gerik ku kau atur
Agar disiplin tercermin
Sampai hilang sebuah dialog
Yang biasa kita lakukan, dulu

Diskursus kau mainkan
Kekuasaan kau tontonkan
Semua media kau sewa
Untuk membawaku dalam alam mu

Seakan kau percaya pada ku
Aku percaya padamu
Dengan slogan sebagai diskursus
Menyetir telinga dan otak ku

Poster-poster dan baliho rusak
Termakan siang dan malam
Terkadang menggigil dan terkadang jingkrak-jingkrak
Seiring berjalannya zaman

(18/07/2013)

Hawa Nafsu



Aku haus kasih sayang mu, ibu
Aku butuh perlindungan mu, ayah
Itu dulu
Saat hawa nafsu jauh dari kalian

(18/07/2013)*



*Puisi yang lolos seleksi penerbitan buku antologi 'Puisi Menolak Korupsi'