Berbagai definisi muncul tentang mantan.
Tentang bayang-bayang ilusi, penyakit flu, sampai penyomotan hadits —entah
sohih atau maudu’. Meski sebenarnya tak perlu didenisikan seorang mantan. Saya
tidak paham dengan teori atau apapun. Saya hanya mencoba menulis dengan hati
nurani yang dalam sedalam-dalamnya.
Bagaimana mendefinisikan sesuatu yang tidak
dapat ditentukan perbedaannya. Semisal antara langit dan bumi masih dapat
didefinisikan dengan perbedaannya. Mantan? Apakah lawannya calon mantan? Pacar?
Bagaimana dengan mereka yang belum pacaran. Mereka butuh calon pacar, lalu
pacar, baru klimaks menjadi mantan. Kan kasihan hidupnya. Sia-sia sekali habis
waktu untuk menyabet predikat mantan.
Saya percaya dengan saling keterkaitan
antara satu dengan lainnya mutlak ada. Semisal saya dengan ibu. Tak mungkin ada
sosok saya yang keren tanpa ibu susah payah membuka lebar ke dua kakinya sambil
bilang, “nak, kamu dulu yang lewat”. Atau lebih lanjut,ulah mantan yang
sebabkan perih yang sering kalian eluhkan —para lelaki rapuh. Apa hubungannya?
Pernahkah kalian —para lelaki rapuh— bertanya kondisi mereka? Jangan-jangan
mereka sedang bercanda gurau dengan pacarnya yang baru (bukan maksud
menyinggung yang (mungkin) merasa ditipu karena LDR).
Kalian —para lelaki rapuh— sudah gagal
paham dengan hal ini. Hubungan anak dengan ibu wajar. Mantanmu dengan kamu?
Tidak ada hubungan. Anggap saja saling tukar kado —tentunya dengan jarak yang
puluhan kilometer, adalah tahap awal sebagai pegawai kantor pos. karena kalian
dituntut untuk paham atas penulisan alamat tujuan, pengirim, berikut nomor
telpon yang dapat dihubungi.
Coba saja kalian pahami. Mantan tidak
berdiri sendiri sebagai orang yang pernah ngisi perasaan kalian. Dia ngisi hati
kalian itu atas perasaan. Sekadar memindah tulisan yang ada di dinding sekret,
“tidak ada sesuatu di luar teks. Segalanya adalah teks,” Nietszche.
Bayangkan teks adalah mantan kalian. Betapa
hidupmu penuh dengan mantan? Seharusnya tak perlu menyesal karena itu adalah
bagian dari kehidupan. Bahkan di satu sisi menjadi sesuatu yang dapat
dibanggakan. “Dulu bapak pernah pacaran dengan anak Banjarmasin, kota Seribu
Sungai itu lo,” cerita pada anak-anak.
Penyebab kalian rapuh mungkin kerena mantan
mencintai kalian karena terpengaruh beberapa sebab. Kegantengan (jika ada),
sekadar penambah track record untuk cv mantan, atau hanya ingin nulis buku yang
bisa best seller dengan kisahnya sendiri. berpacaran selama empat tahun
berakhir di kantor pos dengan air mata yang kalian tumpahkan untuk mantan.
Mantan adalah mantan. “Mari berjejaring dan
saling menguatkan”* dari barisan para mantan.
*tulisan di dinding sekret