Rabu, 22 Mei 2013

Kancut yang Sesak


Kancutmu terlihat samar
Mataku melirik malu
Dan jantung, nafasku tak teratur
Mengikuti gerak bokongmu

Vagina sobek oleh kancutmu yang sesak
Merapat dan mendesak
Agar terjaga perawanmu tapi
Selaput daramu mengucur darah
Deras

Penis lelaki tak bisa masuk
Vaginamu banjir darah segar
Kau tidak menstruasi
Kau tidak melahirkan
“Perawanmu hilang,” kata orang-orang

Harimu berubah sejak itu dan
Kau sabet gelar profesional
Lebih sekadar dokter atau
Profesor dan pangkat lain
Orang-orang menyebutnya “kupu-kupu malam” dan
Kau tersenyum biasa

Aku sama sepertimu, kerja tanpa batas
Kancut yang sesak membekas diselangkangan
Aku malu pada pelanggan, terkadang
Juga pada orang tuaku
Tak kubalas kebaikannya
Menjaga perawanku

(23/05/2013)

Senin, 20 Mei 2013

Telanjang


Aku melihat dari kejauhan kau telanjang dan
saat aku dekat kau acuh. Nafsuku sampai klimaks saat
rambutmu terurai panjang. Gigimu tertata rapi
menata laku jasad dan ragaku.

Hendak ku pegang tubuhmu
yang telanjang kau menolak. Tapi kau tetap telanjang.
Aku mencoba meraih tangan dan
lehermu kau mulai terdiam. Sampai bibir ini
melumat pelan bibirmu yang kering.

Sungguh aku nafsu. Payudaramu melambai
menggoda birahiku. Memang ini yang ditunggu.
Tersampainya nafsu bejat birahiku. Perlahan tangan ini
merambah seluruh tubuh mungilmu. Tak berdaya.

Saat aku menjarah vaginamu kau merintih.
Takut keperawananmu hilang tanpa bekas.
Tanpa pertanggung jawaban dari ku.
Aku berjanji akan menemanimu juga anak kita kelak.

Kau membuka vaginamu lebar dan
kakimu mengangkang. Nafsuku surut.
Sampai spermaku tak mampu menjarah rahimmu.

(20/05/2013)

Sabtu, 18 Mei 2013

Arung-arung-an


Sabtu (18/05), sekitar pukul 8 pagi saya dibangunkan oleh suara berisik teman-teman kamar yang sedang sibuk bersih-bersih. Mereka membersihkan halaman dan isi kamar. Bangun tidur cukup nyaman, tugas bersih-bersih suda rampung.

Setelah bangun tidur, melihat handphone ada pesan singkat dari Budi. Intinya, dia mengajak saya untuk membetulkan antena di sekret. Saya membalas pesan singkatnya dan menyetujui ajakan dia. Namun, sebelum itu saya berkata padanya bahwa saya belum sarapan. Untuk itu, saya berangkat ke sekret usai sarapan.

Sampai di sekret sekitar pukul 10 siang. Kunci sekret tidak ada dan kami tidak dapat masuk. Saya dan Budi memutuskan untuk nongkrong di depan sekret sembari menunggu balasan dari Afwan. Karena dia yang terakhir kali membawa kuncinya. Pada saat yang bersamaan, anak-anak pecinta alam (PA)sedang sibuk menata perahu karet di atas mobil. Juga, teman-teman Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) lain sedang duduk santai di depan gedung UKM.

“Sedang apa bro?” tanya saya pada Khomsun, anggota Unit Kegiatan Olahraga (UKOR).
“Ini persiapan untuk acara anak PA. Ayo ikut,” ajaknya.
“Wah, saya mau pasang antena bro. Sukses lah,” kata saya. Dia tertawa kecil di samping Udin-anggota Resimen Mahasiswa (Menwa)-dan Imas, salah satu anggota Unit Kegiatan Pengembangan Keilmuwan (UKPK).  Mereka sudah siap dari pukul 9 dari jadwal yang sudah ditetapkan. “Saya sudah siap dari jam 9 tadi, tapi sekarang sudah jam 10 masih belum berangkat,” ujarnya sambil tersenyum.

Selang beberapa menit, perahu karet sudah siap di atas mobil milik STAIN Jember. “Ayo berangkat, mana teman-teman lainnya,” ujar Hodri, ketua PA STAIN Jember (Mapala Palm Star). Homsun menjelaskan, anak pramuka tidak ada yang ikut. Mereka sedang sibuk mempersiapkan kegiatan LP3. “Teman-teman seadanya saja. Ikut juga mas Millenium, daripada tidak ada temannya” sahut salah satu anggota PA sambil menunjuk ke arah saya. Saya mencoba menolak dengan alasan tidak mengerti akan perihal perahu dan penjelajahan. Tapi tidak berarti, saya dipaksa dan akhirnya berangkat bersama rombongan peserta penjelajah. Kami menuju Kali Mayang, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember.

Sampai di lokasi, kami mempersiapkan segala kebutuhan. Mulai dari angin perahu karet, pemanasan fisik, sampai pada isi perut. Meski dalam persiapan tidak sedikit menjumpai masalah. Pompa rusak, air minum habis, misalnya. Menjadi permasalahan yang cukup menyita waktu pemberangkatan pengarungan. Kami baru mulai menerjunkan perahu dan berlayar pada pertengahan hari.

Cukup deras arus pada sungai ini. Meskipun arus kali ini belum maksimal. “Ini tidak deras mas, biasanya lebih dari ini,” kata bapak penambang pasir di tempat ini. Benturan antara perahu karet dengan tebing sudah biasa. Perahu tidak seimbang sehingga berputar juga biasa. Penyebabnya, para penumpang hanya beberapa yang mengerti dengan perahu dan arus. “Biasa, masih pemula ya begini. Jalannya perahu tidak seimbang, sering berputar sudah biasa,” kata salah satu anggota PA.

Perjalanan kali ini melibatkan perwakilan anggota UKM dengan tujuan sungai Kali Mayang sampai sungai Blater. Dengan istirahat satu kali di daerah Wonosari, Kecamatan Tempurejo, sebagian pengarung menghabiskan bekal di sana. Dan dua anggota PA mencari bekal tambahan di daerah sekitar. Sambil menunggu mereka datang, kami berfoto-foto. Saat mereka datang, sebagian perbekalan tambahan di habiskan juga.

Habis sebagian perbekalan. Kami melanjutkan pengarungan sekitar pukul 2 sore. Dengan medan yang sama, kami mencoba melewatinya dengan semangat yang sama. Meski sebenarnya badan sudah payah, tapi perjalanan masih jauh di depan mata. Tampak beberapa pendayung sudah tak mampu mengayunkan dayungnya.

“Perjalanan sudah hampir sampai,” kata salah satu anggota PA. Semakin dekat dengan finis, semakin lebar juga sungai dari sungai yang sudah saya lewati. Beberapa daerah sungainya cukup dangkal, sampat perahu karet yang saya tumpangi bersentuhan dengan batu sungai yang ada di dasar. Sepanjang perjalanan hampir finis, banyak warga sedang sibuk menambang pasir.

Sebelum finis kami disambut dengan rintikan hujan. Tiba di finis, hujan semakin menjadi. Kami segera mengangkat perahu dari sungai. Sekitar pukul 5 sore kami tiba di finis, daerah Blater tepat di jembatan arah menuju perkebunan Blater. Dengan menunggu mobil jemputan, kami menghabiskan perbekalan yang masih tersisa.

Sekitar saju jam sudah berlalu. Tampak mobil yang menjemput kami dari arah barat. Persiapan untuk pulang sudah selesai. Tinggal menaikkan perahu karet ke atas mobil. Kami tiba di kampus sekitar pukul setengah delapan malam. Dengan badan-badan yang capek, saya memutuskan untuk beristirahat.

(18/05/2013)