Film orang barat dengan gaya
busananya yang khas menurut saya, telah diputar. Baju yang mini, dan
tonjolan-tonjolan dada menjadi selingan jenuh, pun dengan rok ataupun celana
yang pendek dengan benjolan kecil yang terapit oleh paha. Membuat penonton,
terutama kaum lelaki pada kebanyakan merasa nyaman dan tenang ketika
menontonnya. Beda dengan kaum wanita, seperti teman saya. Perempuan itu malu,
katanya, jika melihat gambar atau film dengan perempuan yang menonjolkan bentuk
tubuhnya.
Separoh bulan yang lalu, saya
bermain di salah satu kamar teman saya. dia sedang asik melihat film barat,
bukan porno. Namun, segala yang terpakai di tubuh pemain wanita, sedikit
banyaknya mengundang nafsu kaum lelaki, seperti saya J. Disekelilingnya ada beberapa
teman yang umurnya di bawah saya, mungkin. Mereka tampak tenang menontonnya,
tak ada suara gemuruh, mereka anteng di depan layar laptop.
Adegan demi adegan berjalan
dengan santai. Alunan riuh percakapan di luar kamar terdengar samar, hampir tak
terdengar, para penonton sangat khidmat menikmatinya. Ada dengan duduk,
tengkurap, bersandar, cara mereka berkhidmat. Sampai kamar teman saya tak muat
lagi. Ada yang menonton film di tengah pintu masuk kamar.
Film tak tuntas, baterai laptop
habis. Ada teman yang ingin menyalakan dengan mengecas laptop, tapi teman saya
enggan, karena takut cepat rusak. Tak ada yang di tonton, beberapa teman mulai
ke luar kamar. Sampai akhirnya, hanya saya sendiri di kamar. Suasana ngantuk
menghampiri, mata mulai terpejam perlahan dan tak ada sisa cahaya, hanya gelap J.
Hari-hari selanjutnya tak pernah
sambang lagi di kamar teman. Tapi, sepertinya rutinitas nonton film masih
berlanjut. Tampak ada diskusi kecil-kecilan setiap saya berpapasan dengan
mereka di depan kamarnya. Tak lain adalah diskusi terkait film yang mereka
tonton pada malam harinya.
Kemarin, saat saya sedang cuci
muka di kamar mandi. Tepat dipojokan, tampak putih pekat bergelantungan di
saluran pembuangan air. Seperti pernah tahu. Cairan itu bergoyang dengan gayanya
yang bersentuhan dengan air yang mengalir. Semakin deras air, semakin cepat
goyanganya. Lucu, menjijikkan.
Satu menit sebelumnya, saat saya
masuk kamar mandi berpapasan dengan anak laki-laki dengan muka merah dan
bingung. Seperti orang yang sedang kehilangan sesuatu. Dia yang tidak cerita
masalahnya, tidak saya hiraukan. Acuh. Karena saya tidak mengenalnya.
Tak pikir panjang, selesai cuci
muka kembali ke sekret. Di sana ada Budi, Ulum, Habibah. Saya pilih untuk diam
dengan apa yang baru saja terjadi. “Ngobrol GJ lah asik,” pikir saya. mengobrol
dengan mereka semakin asik ketika cerita masalah masing-masing. Asmara,
keluarga, misalnya. GJ-lah pokoknya.
Waktu sore tiba, tinggal saya dan
Budi di sekret. Saya cerita apa yang terjadi hari ini. Cerita cairan putih
pekat, tidak asing, lucu, bisa goyang, dll. “Hahaha, itu kan nutfah,” kata
Budi. “Ha, masak sih. Menjijikkan sekali berarti anak itu ya,” kata saya. Ngerasani kami mulai. Mulai dari
ciri-ciri anak itu, waktu, dan hal-hal lain yang tidak terlalu mengarah
kepadanya. Karena saya anggap sebagai privasi seseorang. Hormat! J
(14/03/13)