Memutuskan untuk tidak lagi bersinggungan dengan orang tua
tentang kebutuhan sehari-hari di sekitar kampus sedikit terasa berat. Terlebih saya
tak mempunyai pekerjaan. “Urip mung mangan, ngopi, moco buku, coli, nelek, turu,”
kata seorang teman.
Saya -sok- melepaskan diri dari kewajiban orang tua dengan
harapan –sok- mandiri. Mereka lebih fokus ke adik-adik saya saja karena jika
ditambah saya akan terasa lebih berat. Ya begitulah kalau jadi anak pertama. Segala
beban sepertinya harus saya pikul untuk meringankan beban orang tua.
Ternyata berat menjalani kehidupan seperti ini. Tak ada
pemasukan uang, pengeluaran sudah pasti dan –sok- melepaskan diri dari orang
tua. Aih, bodoh sekali saya ini. Semoga kedepannya betul-betul mandiri, tak
menjadi beban bagi orang lain.
*catatan disela tantangan menulis dari gus Dani