Suasana politik menyelimuti daerah Jember.
Musim penghujan tak tentu. Pedagang mi ayam, cilok, bakso atau dagangan yang
lainnya sibuk berjuang menjajakan dagangannya. (aih, ngomong apa. kok gak
karuan).
Sore ini, 10 Februari 2014, hujan cukup deras
dengan awan yang buram. Para kawan-kawan baru sekret sedang berkumpul membahas
PJTD. Ruangan yang kecil dengan menampung beberapa orang saja, membuat beberapa
anggota harus keluar dari ruangan. Kali ini, terpenting kawan-kawan baru berada
di sekret dan “ngobrol” tentang PJTD.
Pedagang mi ayam menjajakan dagangannya di
depan UKM. Dia mengeluh dengan kondisi dagangannya yang belum laku. Sampai obrolan
tentang kehidupannya dia bawa dalam obrolan yang tak bertema ini.
Dia bercerita, tahun politik adalah lahan
basah untuk beberapa masyarakat. “Jika teringat beberapa tahun yang lalu, Saya
geli sendiri. Delapan orang yang diantaranya Saya berkunjung ke salah satu
rumah calon tokoh politik. Karena di sana mendapat makan, rokok dan pastinya
uang,” ucapnya tertawa.
Meski begitu, tambahnya, tidak cukup satu
calon tokoh politik. Satu sampai lima orang calon tokoh politik yang di datangi
dalam satu malam. “Tiap rumah mendapat uang paling tidak Rp 50.000,” katanya.
Tapi, hal itu lama dia tinggalkan karena dirasa tidak baik. Dia lebih memilih
dagang mi ayam dengan hasil yang halal. “Sekarang Saya sudah tidak pernah
begituan (berkunjung ke calon tokoh politik, red). Mending dagang mi ayam,”
tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar