Jumat, 11 Desember 2015

Konsep Khilafah untuk Film Horor di Indonesia

Suzana adalah aktor perempuan dalam kebanyakan film horor era antah berantah. Karena sedari kecil sudah sering kali menonton film horor yang sedang dibintangi Suzana. Bersama tokoh Bokir, akting Suzana menjadi tambah maknyuz. Polesan mistis dengan humor yang diperankan mereka berdua begitu apik. Proporsional, tidak seperti film horor era (yang katanya) posmodern. Sebagai muslim dan khalifah yang baik, kaum posmo adalah destruktif dari akar hingga ujung. Mereka tidak ada baik-baiknya. Golongan bajingan, ngehek semi otonom dan semi borjouis otodidak.
Saya menonton Nikita Mirzani, Julia Perez, Dewi Persik (sumber rujukan didapat dari hasil diskusi tentang aurat dengan Nuel, seorang aktivis kawakan dari zaman megalitikum) yang menampilkan belahan dada. Brengsek dan bajingan sekali mereka, para pembuat film itu.
"Shot dada"
"Shot belahan dada"
"Shot BH yang menerawang"
"Shot paha"
Lelaki mana yang tak ngiler kunamnya? Minimal bangun dan pegang atau remas tuh kunam saat nonton film yang dibintangi para artis bertetek besar itu.
Saya bukan golongan pembela perempuan yang menghalalkan pembesaran tetek secara massa, massif, terorganisir atau memacu syahwat dan memancing birahi untuk memuncak. Saya adalah kader ha-te-iy yang mengusung negara Indonesia menjadi khilafah. Saya berani mengaku sebagai pengusung ke-khilafahan secara tegas dan jelas. Tidak seperti beb Rijik yang terkesan hanya jadi pekerja lapang dari aksi-aksi yang dilakukan nya. Saya (sudah lama) curiga dibalik beb Rijik ada gembong dan antek-antek wah-abi yang menjadi otak aksi anarki nya. Beruntung afiliasinya tidak merambah pada senjata api. "Kena sotgan kepalaku ambyar tur mumur," kata teman yang melihat adegan baku tembak di Counter Strike. Bukankah Em-U-Iy (lembaga negara yang memberikan label halal pada barang, manusia) tidak mengeluarkan fatwa halal atas usaha mengofsetkan tetek? Em-U-Iy melarang goyang pedangdut Inul Daratista lengkap hadits yang menelurkan fatwa pelarangan. Tapi goyangan Itik sampai goyangan drible ala Duo Serigala tak dapat gubrisan serius dari Em-U-Iy. Mungkin mereka menikmati goyangan itu. Pantulan demi pantulan tetek berukuran super jumbo menenggelamkan kesadaran dan moral mereka. Saya sebagai kader khilafah banyak prihatin atas kemerosotan moral dan pikir mereka. Meski begitu, saya bukan kader peminis nan cumlaude itu. Tak ingin membela perempuan dengan membabi buta. Jujur, meski sebagai kader khilafah saya butuh belaian wanita dan link situs porno. Sungguh.
Erotis, humor, tak dipungkiri menjadi daya jual suatu produk audio-visual. Si mbah, paman saat menonton Suzana pun ada hasrat yang muncul. Namun Suzana tak sampai mengeksploitasi tubuhnya secara berlebihan sampai membuat penonton nya meremas kunam maupun berlendir dengan jumlah besar karena masturbasi. Bajingan betul moral bangsa ini (eh~~ para pemodal ding).
Hantu adalah sebentuk produk mistisisme yang ditanamkan dalam kesadaran manusia sampai pada titik yang membuat manusia tak kritis, atau sekadar menanyakan sebab akan hadirnya mistis itu (Freire pernah bilang begitu, kalau tak salah). Saya mana berani duduk diam di pemakaman umum di tengah malam. Sebagai kader khilafah saya punya rukun iman. Salah satunya iman kepada kitab Allah. Isinya tak sedikit mengisahkan tentang perkara mistis. Malaikat saja mistis. Saya harus total dong dengan rukun iman. Caranya dengan memegang teguh soal mistis itu ada dan nyata. Seperti saat kapan hari berjalan kaki menuju Rembangan, lokasi diklat salah satu organisasi mahasiswa berada. 15 meter berjalan di gelapnya jalanan dengan sedikit pantulan lampu rumah yang berada dipinggir jalan itu serem. Remang-remang bung. Merinding tak terelakkan. Bajingan betul itu. Seperti yang dialami Rosy dan Nurul yang mendengar kecapi berbunyi tanpa ada yang memainkan nya di kontrakan. Sadam mendengar tangisan anak kecil. Atau saya yang mendengar konga berbunyi sendiri. Apakah itu semua kebetulan? Siapa pemain alat musik atau suara anak kecil itu? Sungguh, rukun iman adalah kunci dan panutan hidup bermistis.
Ada beberapa catatan saya atas tulisan ini:
1. Sebagai kader khilafah, saya mengecam keras tindakan mengumbar aurat yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan uang. Jika ingin menjajakan diri lakukanlah layaknya Nikita Mirzani. Konsepnya terpusat, tidak keleleran agar penyakit becek, haipe, sipilis terintegrasi dengan tepat dan fokus.
2. Sebagai kader khilafah, saya mengecam Em-U-Iy yang makin kesini hanya memanfaatkan kewenangan nya akan pemberian label halal & haram sebagai mata pencaharian. Bukan sebagai tindakan ibadah dan meraih ridlo sang illah.
3. Sebagai kader khilafah, saya mengecam tindakan barbar oleh seseorang, kelompok maupun golongan yang menyerang masyarakat lain atas nama agama, suku, ras dan antar golongan.
4. Sebagai kader khilafah, saya mengecam tindakan yang merongrong keutuhan berbangsa dan bernegara. Dalam bentuk apapun itu.
5. Sebagai kader khilafah, saya mengutuk dan mengecam keras tindakan akhi Taufik, mahasiswa salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Karena telah meresahkan warga lain yang sedang beraktifitas dengan mengirimkan gambar-gambar hantu (dengan perspektif) bentukan Orba. Apapun alasanya. Jika ada keperluan langsung bicara tanpa harus ada tudung aling-aling. Agar tercipta bangsa yang bermartabat dengan akhlak yang mulia. Juga terbentuk keterbukaan dan kejujuran ditengah maraknya tradisi saling bohong.

Mari kita bentuk negara Indonesia ini dengan konsep khilafah. Yaitu menjunjung tinggi tali ukhuwah tanpa ada unsur SARA.

Hidup khilafah!

*tulisan disusun untuk memenuhi tugas Writing Challenge III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar