Kamis, 05 Juni 2014

'Orang Tua'



‘Orang tua’. Kau adalah orang tua bagiku. Duduk di bangku kuliah lebih lama daripada aku. Kita selisih satu tahun di kampus STAIN Jember. Dengan Jurusan yang tak sama. Kau di Tarbiyah (pendidikan) dan aku di Syariahada yang memahaminya sebagai hukum, hubungan internasional, kumpulan para penghulu muda, atau ‘tukang pemisah’ hubungan tali pernikahan. Kau lebih dikenal dengan sebutan UDIN. Nama lengkapmu yang aku dengar dari pelantikan Resimen Mahasiswa (Menwa) tadi malam adalah UDIN ARDIAN.
Semester empat, kuliah yang paling banyak waktu aku habiskan dengan mu di gedung Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) STAIN Jember. Kita habiskan waktu dengan dua temanku yang sekarang sudah lulus. Sebut saja Afwan dan Budi. Kabarnya mereka sudah bekerja. Semoga mereka mendapat pekerjaan yang layak sesuai hati dan kepercayaannya, amin.
Aku lupa untuk menuliskan nama teman yang akhir-akhir ini dekat denganmu, Khamsun. Nama lengkapnya jika tidak salah Amanatun Khamsun. Dia aktif di organisasi ke-olahragaan. Kabarnya dia sempat singgah di rumahmu, Bali. Sempat aku iri dengan Khamsun. Tapi kau pasti ada alasan lain. Toh, kita akhir-akhir ini jarang bisa menghabiskan waktu secara bersama-sama. Kau sibuk dengan urusan skripsimu. Aku dengan kegiatan organisasiku, Unit Pers Mahasiswa (UPM) Millenium.
Yang selalu muncul jika aku ingin bertemu denganmu di ruang imajinasi adalah ‘masak bareng’. Pada semester empatdan kau semester enamkita sering masak bareng. Kau membawa mejikom dari Menwa, aku membawa nasi. Untuk lauk kita patungan. Selalu begitu setiap hari. Seperti rapalan yang selalu dilakukan oleh pemuja tuhan di tiap malamnya.
Selain itu yang tidak bisa hilang dari imajinasiku ketika kita beradu kartu, poker. Afwan dan Budi selalu mengejek. Yang lain pun juga ikutan. Termasuk aku. Malam itu ada mas Fais alumni Millenium, Rijal anggota pramuka, Khamsun yang tidak begitu bisa memainkan kartu, dan beberapa teman kita yang aku lupa untuk mengingatnya. Kau adalah ‘musuh’ yang cukup tangguh untuk kamianggota MIlleniumkalahkan. Meski kau mendapat serangan dari segala sisi, ejekan, kau tersenyum dengan gayamu yang sok-sokan tegas. Seperti anak Menwa pada kebanyakan. Mungkin kau terlalu menghayati waktu di pendidikan Menwa. Entahlah.
Tak jarang kita terlibat saling lempar olokan. Tapi tak ada dendam antara kita. Kita adalah keluarga. Meski dulu sempat tidak suka padamu karena background/ideology mu yang berbeda denganku. Hah, itu hanya warisan konflik dari pendahulu kita UDIN.
Meski begitu, sepeda Vixion-mu tak jarang aku pinjam. Entah pulang ke rumah, beli nasi, menjemput teman di tawang alun Jember, atau sekadar ke kontrakan ganti pakaian. Satu yang paling aku suka darimu. Kau tidak pernah perhitungan dengan temanmu. Entah bensin, olokan, atau yang lain. Cuman ketika kau mentok dengan olokan, kau selalu memukul dengan kasih sayang, tidak keras. Hanya pelampiasan betapa kau ‘gemas’ dan ingin emosi. Tapi tak kau muntahkan. Engkau tahan sampai kau bisa menetralisir sendiri. UDIN, kau adalah teman yang beda dengan lain.
Atas nama Asu, Jamput, Jancuk, Naskleng, kita sering lempar kata-kata itu. Meski pada awal-awal kau tidak mafhum dengan kata-kata itukecuali Naskleng karena itu bahasa Bali. Karena kau tidak mengerti bahasa jawa. Kau adalah mahasiswa asal Bali yang tidak paham dengan bahasa jawa. Lain halnya Malikteman akrabmu dari Bali yang beberapa bulan lalu memenuhi ruang obrolan kita.
Ingin aku melanjutkan lembaran skripsimu itu. Aku tahu kau serius dalam pengerjaannya. Tiap malam browsing di sela-sela dinginnya sikap pohon-pohon kampus. Kau seperti pencuri wi-fi, duduk-duduk digelapnya malam sendirian. Pernah kau bilang padaku kalau kau malu jika ditempat yang terang. Sudah merasa tua. Eh, merasa tua karena tiap kali kita bertemu aku menyebutmu dengan sebutan ‘orang tua’.
Aku sudah bosan kuliah di Syariah. Jika diijinkan, aku akan melanjutkan skripsimu yang tertunda itu UDIN. Kenapa kau menundanya? Apa ada orang lain yang mengganggumu? Tuhan? Malaikat? Dosenmu? Temanmu? Mana, aku ingin mengajaknya duel. Padahal aku kemarin minta padamu agar bisa segera menyusulmu menjadi sarjana. Aku bilang padamu bahwa masak aku lulus bebarengan dengan mahasiswa angkatan 2013? Kau hanya membalas senyum dan tidak bekata apapun. Lagi-lagi kau tersenyum. Tidak seperti biasanya yang balik ‘gojloki’ aku ‘aduh’ dan kau lanjutkan dengan guyonan khasmu. Mungkin kau sudah bosan dengan olokanku yang kau kau jumpai tiap bertemu.
Kau pernah bilang padaku ingin segera lulus dan melanjutkan karirmu di bidang militer. Tapi kemarin pagi, kau pamit pulang UDIN. Dan aku belum sempat melemparkan ucapan Asu, Jamput, Jancuk padamu. Apa kau sudah bosan dengan ucapanku? Sehingga kau tidak mau lagi mendengar olokanku? Bangsat, Bajingan.
Sering kita bertukar batang rokok, sabun mandi, sarung, hp. Sekarang? Bertukar olokan pun kita tak mampu. Dasar Asu, Jamput, Jancuk, Bajingan, Bangsat. Kenapa kau tidak mau lagi melakukan ritual berbagi itu lagi UDIN? Kenapa kau memilih untuk menyendiri? Ada masalah? Ayolah cerita seperti yang kita lakukan beberapa bulan yang lalu. Khamsun merindukanmu. Budi juga. Afwan belum aku kabari. Nanti aku kabari dia. Pastinya dia tidak rela kau sendiri. Kalau galau bilang aja DIN. Tidak usah sampai menyendiri begitu. Sampai kapan kau menyendiri? Esok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, atau kapan. Pastinya aku dan teman-teman akan menyusulmu. Nanti, jika kita diberi waktu untuk bareng-bareng lagi. Jangan lupa untuk bertukar dengan ucapan Asu, Jamput, Jancuk dengan kita ya. Aku tunggu lo ya. Serius.
Ya sudah. Aku mau ngabari Afwan dulu. Tunggu aku di situ ya. Kami akan menyusulmu kok. Lengkap dengan kartu. Olokan, batangan rokok, malam, dinginnya pohon-pohon kampus, serta gedung UKM yang menjadi tempat kita bertemu. Kalau butuh apa-apa jangan sungkan untuk ngabari aku di sini. Tetap, di sekret UPM Millenium lantai satu. Tepat depan kantor Menwa. Aku sekarang masih tetap gondrong. Jangan lupa itu ya.
Tadi aku mendapat kabar dari komandan Menwa terpilih, Fandi. Besok rombongan anak UKM dan Pembantu Ketua (PK) tiga akan berkunjung ke rumahmu. Jangan beranjak ya. Tetep di situ. Tunggu rombongan dari kampus ya. Kabar selanjutnya aku kabari lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar