Saya dan
teman-teman sekret ada janji hari ini, 20 Februari 2013. Akan liputan berita di
daerah sekitar kampus. Adalah yang membuat janji saya pada teman-teman. Pukul
09.00 kami akan kumpul di sekret membicarakan berita untuk media kami, Buletin
kampus.
Datang pertama
menjadikan saya harus menunggu beberapa teman. Budi, Ulum, misalnya. Mereka masih
belum kelihatan batang hidungnya di depan sekret. Padahal waktu sudah
menunjukkan sembilan lewat. Dan sekret masih dalam tertutup pintu dan
jendelanya. Mereka lagi-lagi terlambat datang. Bertemu dengan anak pecinta alam
dan olahraga kami saya mengobrol dengan mereka. Sembari menunggu Budi dan Ulum
datang, karena kunci di bawa Budi.
Selang beberapa
menit Ulum tersenyum melihat saya di atas laju sepeda motornya. Dan Budi datang
dari arah utara, tepat di timur ruang 6 Jurusan Tarbiyah. Saya yang duduk di
tempat parkir hanya menyapa mereka dan tidak langsung ke sekret. Mereka berdua
masuk bersama. Anak PA kembali ke gedung UKM dan anak olahraga ikut saya masuk
ke sekret. “Aku ikut kamu ya, sambil nunggu temen-temen datang,” ujarnya. Saya
tidak menolak dia untuk ikut masuk ke sekret bersama. “Ayo,” kata saya.
Masuk sekret Budi
sedang mengoperasikan komputer, membuka akun facebook. Dan Ulum membaca koran
harian yang sudah menjadi langganan kami. Budi bertanya pada saya terkait
agenda anggota baru dan liputan berita untuk media kami. Obrolan kecil
terbentuk, sedangkan anak olahraga berada di luar sekret setelah tahu kami
sedang ngobrol yang mungkin agak penting, J. Tidak
tahu sedang apa. Budi mengatakan, jika dia sekarang tidak dapat bantu liputan.
Disebabkan ada tugas yang belum selesai. Setahu saya dia sedang mengikuti PPL
di sebuah media lokal di Jember. “Kamu liputan dengan Ulum dulu ya. Aku masih
ada tugas ini,” ujarnya. Saya dan Ulum mengolok-olok Budi. Terlalu cepat lulus,
sok aktif, dan beberapa hujatan yang kami lontarkan padanya.
Perut ini masih
belum terganjal makanan. Saya memutuskan untuk mencari sarapan lebih dulu.
Menggunakan sepeda motor Ulum saya berangkat. “Tidak titip apa?” tanya saya
pada mereka. “Tidak usah. Sudah sarapan kok,” jawab Budi.
Lauk tempe, tahu,
kerupuk, dan tahu isi menjadi menu kali ini. Dengan harga empat ribu rupiah. Tempatnya
di pojok utara arah menuju perpustakaan kampus. Selesai makan saya membicarakan
terkait liputan. Tidak panjang lebar dan kami berangkat menuju tempat liputan
dengan jalan kaki. Lewat jalan sebelah timur asrama putri lurus selatan gerbang
ada jalan setapak arah barat. Nanti akan menghubungkan dengan salah satu pondok
di daerah Mangli ini. Rata-rata di huni oleh para mahasiswa, laki maupun
perempuan.
Sampai di pertigaan
di depan fotocopy saya bertanya pada Ulum. “Dimana rumah pemilik usaha itu yang
sudah diberikan oleh ketua RT kemarin?” tanya saya. “Itu- sambil menunjuk rumah
pada deretan pertama dari kami berdiri- yang ada orangnya,” jawabnya. Kami
berjalan menuju tempat orang berkumpul di depan rumah yang terdiri dari tiga
orang. Salah satu dari mereka adalah yang memiliki usaha tersebut.
“Apa betul ini
rumah pak Sunaryo?” tanya Ulum.
“O, yang itu dek.
Yang ada sepeda motornya di belakang,” jawab salah seorang ibu.
Mendapat informasi
keberadaan pak Sunaryo kami langsung menuju rumahnya. Sampai di rumah dia
sedang mencari sesuatu. Tidak tahu pastinya. Dan kektika mendapati saya dan
Ulum ada di belakangnya langsung mempersilakan kami masuk ke rumahnya. Ulum
langsung memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan datang ke rumahnya. Selagi
Ulum memperkenalkan diri saya menyiapkan alat rekam yang kebetulan Hp. Dan menaruhnya
di meja yang letaknya agak jauh dari tempat duduk pak Sunaryo. Saya tidak minta
ijin secara kata-kata. Karena Ulum sedang memperkenalkan dirinya. Menggunakan
bahasa tubuh sebagai isyarat ingin merekam saya lakukan pada pak Sunaryo dan
dia membalas dengan menganggukkan kepala.
Pertanyaan mendasar
kami lontarkan sampai pada pertanyaan yang agak penting. Beliau menceritakan
semua yang ada tanpa ada ragu atau meralat omonganya. Begitu mengalir wawancara
kami. dia yang sudah menua terkadang mengambil nafas dalam karena pertanyaan
kami yang sampaikan bertubi-tubi tanpa ada jeda. “Mumpung dia mau jawab,” pikir
saya.
Informasi terkahir
dan penting sudah kami kantongi. Sebelum pamitan kami meminta kepadanya agar
jika ada kekurangan data atau informasi dengan terbuka memberikan informasi
itu. Dengan terbuka dia mempersilakan kami untuk itu. “Iya, tidak apa-apa main
ke sini lagi,” ujarnya dengan berdiri saat kami pamitan.
Kami melanjutkan
perjalanan ke rumah ibu Suwati yang menurut pak Sunaryo adalah pemilik usaha
yang dikelolanya dan lebih paham terkait data yang kami butuhkan. Kami tidak
menyangka jika ibu yang memberti tahu rumah pak Sunaryo adalah Suwati. Hanya
pertanyaan penting yang kami lontarkan padanya. Sekitar lima menit kami di
rumah Suwati.
Berdasarkan
keterangan pak RT, orang yang paling sukses dalam usaha itu adalah pak Tris.
Rumahnya terletak di depan sebuah warung yang biasa menjadi tongkrongan
sebagian golongan mahasiswa. Sampai di sana pak Tris tidak ada di rumah. Kami
memutuskan untuk kembali ke sekret dan melanjutkan pada esok hari.
Waktu masih
panjang. Kami berangkat lagi ke rumah pak RW yang ada di daerah Mangli sebelah
utara, dusun Krajan. Jalan menuju rumahnya adalah gang-gang kecil yang harus
kami lalui. Tidak tahu pasti rumah pak RW kami bertanya pada warga sekitar.
Saya tidak tahu pasti apa yang dibicarakan Ulum pada seorang bapak yang
kebetulan berada di depan rumah. Saya menunggu Ulum di dekat pemakaman umum
umat muslim. Dia diantarkan bapak itu ke rumah pak RW. Setelah tahu Ulum mengajak
saya ke rumahnya langsung.
Tiba di depan
rumah. Pintu tertutup rapat. Dan jalan yang menuju pintu rumahnya ada gerbang
yang terbuat dari bambu berukuran tinggi selutut dan lebar tiga jengkal tangan
orang dewasa. Kami memutuskan untuk pulang. Ada seorang warga lain mencegah
kami. “Mau mencari pak RW ya mas. Sebentar, mungkin lagi menggoreng,” ujar
orang yang memakai topi dan berkumis itu. Setelah memastikan orang yang ada di
dalam rumah. Bapak itu menghampiri kami. “Pak RW sedang keluar mas. Ke sini lagi
nanti setelah magrib saja mas. Pasti ada kok, sekarang masih keluar,” tuturnya.
Kali ini kami
mendapatkan narasumber satu dengan informasi yang masih minim. Beberapa data
masih belum berimbang. Dan membutuhkan narasumber yang memang mempunyai cara
berbeda dengan pengusaha yang pertama. Itulah yang menyebabkan kami butuh
narasumber yang ke dua ini. Semoga berita kami berimbang dan tidak berat
sebelah.
Lewat pukul 09.00
saya berangkat ke sekret dengan jalan kaki. Pertengahan jalan saya menjumpai
sebuah truk yang rusak. Salah satu ban sebelah kanan belakang copot. Tidak tahu
pasti penyebabnya. Karena tidak ada kerumunan orang di sekitar itu saya tidak
menanyakan apa yang sedang terjadi. Membawa kamera digital inventaris sekret
saya mengambli gambar. Malu ketahuan orang mengambil gambar. Cepret! Saya ambil
gambar dengan berjalan. Kiri jalan ada sebuah toko yang di depanya ada dua
orang wanita. Salah satunya sudah penuh putih rambutnya. Mereka mendapati saya
mengambil gambar secara berjalan. Dan menertawakan apa yang saya lakukan. Hanya
saya balas dengan senyum pula.
Di pintu gerbang
kampus saya mengirim pesan lewat telepon seluler kepada Budi. Intinya bertanya
padanya apa sudah ada di sekret. Selang beberapa detik Hp berbunyi. Dia
menjawab pesan dan sudah ada di sekret. Tiba di sana Ulum belum datang.
Terbentuk obrolan GJ. Sampai beberapa calon anggota magang berdatangan ke
sekret. Pun dengan Ulum.
Keputusan kemarin,
hari ini adalah liputan lanjutan dan pembahasan teknis lanjutan magang. Saya
mengambil baju seragam sekret berwarna hitam yang dari kemarin ada di tempat
saya. Baju itu terdiri dari dua tulisan dan satu lambang. Tulisan itu adalah
NPM lembaga dan nama lembaga dan lambang lembaga. Biasanya di gunakan untuk
acara resmi atau hendak liputan ke luar kampus.
Beberapa calon
anggota sudah kumpul dan beberapa tidak hadir. Mungkin mereka masih ada di
rumah menikmati masa liburan mereka. Sosialisasi teknis lanjutan magang di buka
oleh Budi dan Ulum yang menulis keterangan teknis di papan. Rampung sosialisai
mereka di beri tugas untuk rapat redaksi kecil-kecilan dengan jumlah kelompok
kurang di dalam sekret ataupun di luar. Tidak ada ikatan.
Semua calon anggota
rared di luar. Saya dan Budi memutuskan liputan lanjutan. Sedangkan Ulum tetap
di sekret takut ada tamu atau mereka masih ada yang bingung terkait teknis
magang tadi. Budi yang memakai seragam sekret membonceng saya menuju rumah pak
Muhaimin salah satu pengusaha juga.
Di depan rumah pak
Muhaimin kami melihat pintu rumah yang tertutup. Tapi gerbang terbuka sekitar
setengah meter. Kami masuk dan bingung apakah ada orang atau tidak. Acap kali
Budi melihat ke belakang rumah yang menurutnya tempat produksinya di belakang.
Dia berpikiran jika pak Muhaimin sedang ada di belakang sibuk memproduksi
usahanya.
Tiba-tiba pintu
rumah terbuka. Muncul seorang perempuan dan mempersilakan kami masuk. Kami pun
masuk. Budi menjelaskan identitas, dan maksud tujuan datang ke rumah pak
Muhaimin ini. Ibu itu menanggapi dengan baik setiap apa yang ditanyakan Budi
padanya. Ibu itu adalah istri dari pak Muhaimin.
Ibu menjelaskan,
bapak masih di luar, mengajar di sekolahan. Datangnya tidak pasti, namun jam
dua sudah ada. Dia juga menyarankan, jika datang ke sini pagi-pagi saja. Tapi
sebelum pukul 07.00, karena mengajar. Budi meminta nomor yang dapat digunakan
untuk menghubungi pak Muhaimin. Rampung memberikan nomor, kami berpamitan pada
ibu itu. “Nanti, saya hubungi langsung ke pak Muhaimin saja buk,” kata Budi.
“Iya mas,” jawab ibu yang memakai kerudung cokelat.
(22/02/13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar