Jumat, 22 Februari 2013

Liputan


Saya dan teman-teman sekret ada janji hari ini, 20 Februari 2013. Akan liputan berita di daerah sekitar kampus. Adalah yang membuat janji saya pada teman-teman. Pukul 09.00 kami akan kumpul di sekret membicarakan berita untuk media kami, Buletin kampus.
Datang pertama menjadikan saya harus menunggu beberapa teman. Budi, Ulum, misalnya. Mereka masih belum kelihatan batang hidungnya di depan sekret. Padahal waktu sudah menunjukkan sembilan lewat. Dan sekret masih dalam tertutup pintu dan jendelanya. Mereka lagi-lagi terlambat datang. Bertemu dengan anak pecinta alam dan olahraga kami saya mengobrol dengan mereka. Sembari menunggu Budi dan Ulum datang, karena kunci di bawa Budi.
Selang beberapa menit Ulum tersenyum melihat saya di atas laju sepeda motornya. Dan Budi datang dari arah utara, tepat di timur ruang 6 Jurusan Tarbiyah. Saya yang duduk di tempat parkir hanya menyapa mereka dan tidak langsung ke sekret. Mereka berdua masuk bersama. Anak PA kembali ke gedung UKM dan anak olahraga ikut saya masuk ke sekret. “Aku ikut kamu ya, sambil nunggu temen-temen datang,” ujarnya. Saya tidak menolak dia untuk ikut masuk ke sekret bersama. “Ayo,” kata saya.
Masuk sekret Budi sedang mengoperasikan komputer, membuka akun facebook. Dan Ulum membaca koran harian yang sudah menjadi langganan kami. Budi bertanya pada saya terkait agenda anggota baru dan liputan berita untuk media kami. Obrolan kecil terbentuk, sedangkan anak olahraga berada di luar sekret setelah tahu kami sedang ngobrol yang mungkin agak penting, J. Tidak tahu sedang apa. Budi mengatakan, jika dia sekarang tidak dapat bantu liputan. Disebabkan ada tugas yang belum selesai. Setahu saya dia sedang mengikuti PPL di sebuah media lokal di Jember. “Kamu liputan dengan Ulum dulu ya. Aku masih ada tugas ini,” ujarnya. Saya dan Ulum mengolok-olok Budi. Terlalu cepat lulus, sok aktif, dan beberapa hujatan yang kami lontarkan padanya.
Perut ini masih belum terganjal makanan. Saya memutuskan untuk mencari sarapan lebih dulu. Menggunakan sepeda motor Ulum saya berangkat. “Tidak titip apa?” tanya saya pada mereka. “Tidak usah. Sudah sarapan kok,” jawab Budi.
Lauk tempe, tahu, kerupuk, dan tahu isi menjadi menu kali ini. Dengan harga empat ribu rupiah. Tempatnya di pojok utara arah menuju perpustakaan kampus. Selesai makan saya membicarakan terkait liputan. Tidak panjang lebar dan kami berangkat menuju tempat liputan dengan jalan kaki. Lewat jalan sebelah timur asrama putri lurus selatan gerbang ada jalan setapak arah barat. Nanti akan menghubungkan dengan salah satu pondok di daerah Mangli ini. Rata-rata di huni oleh para mahasiswa, laki maupun perempuan.
Sampai di pertigaan di depan fotocopy saya bertanya pada Ulum. “Dimana rumah pemilik usaha itu yang sudah diberikan oleh ketua RT kemarin?” tanya saya. “Itu- sambil menunjuk rumah pada deretan pertama dari kami berdiri- yang ada orangnya,” jawabnya. Kami berjalan menuju tempat orang berkumpul di depan rumah yang terdiri dari tiga orang. Salah satu dari mereka adalah yang memiliki usaha tersebut.
“Apa betul ini rumah pak Sunaryo?” tanya Ulum.
“O, yang itu dek. Yang ada sepeda motornya di belakang,” jawab salah seorang ibu.
Mendapat informasi keberadaan pak Sunaryo kami langsung menuju rumahnya. Sampai di rumah dia sedang mencari sesuatu. Tidak tahu pastinya. Dan kektika mendapati saya dan Ulum ada di belakangnya langsung mempersilakan kami masuk ke rumahnya. Ulum langsung memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan datang ke rumahnya. Selagi Ulum memperkenalkan diri saya menyiapkan alat rekam yang kebetulan Hp. Dan menaruhnya di meja yang letaknya agak jauh dari tempat duduk pak Sunaryo. Saya tidak minta ijin secara kata-kata. Karena Ulum sedang memperkenalkan dirinya. Menggunakan bahasa tubuh sebagai isyarat ingin merekam saya lakukan pada pak Sunaryo dan dia membalas dengan menganggukkan kepala.
Pertanyaan mendasar kami lontarkan sampai pada pertanyaan yang agak penting. Beliau menceritakan semua yang ada tanpa ada ragu atau meralat omonganya. Begitu mengalir wawancara kami. dia yang sudah menua terkadang mengambil nafas dalam karena pertanyaan kami yang sampaikan bertubi-tubi tanpa ada jeda. “Mumpung dia mau jawab,” pikir saya.
Informasi terkahir dan penting sudah kami kantongi. Sebelum pamitan kami meminta kepadanya agar jika ada kekurangan data atau informasi dengan terbuka memberikan informasi itu. Dengan terbuka dia mempersilakan kami untuk itu. “Iya, tidak apa-apa main ke sini lagi,” ujarnya dengan berdiri saat kami pamitan.
Kami melanjutkan perjalanan ke rumah ibu Suwati yang menurut pak Sunaryo adalah pemilik usaha yang dikelolanya dan lebih paham terkait data yang kami butuhkan. Kami tidak menyangka jika ibu yang memberti tahu rumah pak Sunaryo adalah Suwati. Hanya pertanyaan penting yang kami lontarkan padanya. Sekitar lima menit kami di rumah Suwati.
Berdasarkan keterangan pak RT, orang yang paling sukses dalam usaha itu adalah pak Tris. Rumahnya terletak di depan sebuah warung yang biasa menjadi tongkrongan sebagian golongan mahasiswa. Sampai di sana pak Tris tidak ada di rumah. Kami memutuskan untuk kembali ke sekret dan melanjutkan pada esok hari.
Waktu masih panjang. Kami berangkat lagi ke rumah pak RW yang ada di daerah Mangli sebelah utara, dusun Krajan. Jalan menuju rumahnya adalah gang-gang kecil yang harus kami lalui. Tidak tahu pasti rumah pak RW kami bertanya pada warga sekitar. Saya tidak tahu pasti apa yang dibicarakan Ulum pada seorang bapak yang kebetulan berada di depan rumah. Saya menunggu Ulum di dekat pemakaman umum umat muslim. Dia diantarkan bapak itu ke rumah pak RW. Setelah tahu Ulum mengajak saya ke rumahnya langsung.
Tiba di depan rumah. Pintu tertutup rapat. Dan jalan yang menuju pintu rumahnya ada gerbang yang terbuat dari bambu berukuran tinggi selutut dan lebar tiga jengkal tangan orang dewasa. Kami memutuskan untuk pulang. Ada seorang warga lain mencegah kami. “Mau mencari pak RW ya mas. Sebentar, mungkin lagi menggoreng,” ujar orang yang memakai topi dan berkumis itu. Setelah memastikan orang yang ada di dalam rumah. Bapak itu menghampiri kami. “Pak RW sedang keluar mas. Ke sini lagi nanti setelah magrib saja mas. Pasti ada kok, sekarang masih keluar,” tuturnya.
Kali ini kami mendapatkan narasumber satu dengan informasi yang masih minim. Beberapa data masih belum berimbang. Dan membutuhkan narasumber yang memang mempunyai cara berbeda dengan pengusaha yang pertama. Itulah yang menyebabkan kami butuh narasumber yang ke dua ini. Semoga berita kami berimbang dan tidak berat sebelah.
Lewat pukul 09.00 saya berangkat ke sekret dengan jalan kaki. Pertengahan jalan saya menjumpai sebuah truk yang rusak. Salah satu ban sebelah kanan belakang copot. Tidak tahu pasti penyebabnya. Karena tidak ada kerumunan orang di sekitar itu saya tidak menanyakan apa yang sedang terjadi. Membawa kamera digital inventaris sekret saya mengambli gambar. Malu ketahuan orang mengambil gambar. Cepret! Saya ambil gambar dengan berjalan. Kiri jalan ada sebuah toko yang di depanya ada dua orang wanita. Salah satunya sudah penuh putih rambutnya. Mereka mendapati saya mengambil gambar secara berjalan. Dan menertawakan apa yang saya lakukan. Hanya saya balas dengan senyum pula.
Di pintu gerbang kampus saya mengirim pesan lewat telepon seluler kepada Budi. Intinya bertanya padanya apa sudah ada di sekret. Selang beberapa detik Hp berbunyi. Dia menjawab pesan dan sudah ada di sekret. Tiba di sana Ulum belum datang. Terbentuk obrolan GJ. Sampai beberapa calon anggota magang berdatangan ke sekret. Pun dengan Ulum.
Keputusan kemarin, hari ini adalah liputan lanjutan dan pembahasan teknis lanjutan magang. Saya mengambil baju seragam sekret berwarna hitam yang dari kemarin ada di tempat saya. Baju itu terdiri dari dua tulisan dan satu lambang. Tulisan itu adalah NPM lembaga dan nama lembaga dan lambang lembaga. Biasanya di gunakan untuk acara resmi atau hendak liputan ke luar kampus.
Beberapa calon anggota sudah kumpul dan beberapa tidak hadir. Mungkin mereka masih ada di rumah menikmati masa liburan mereka. Sosialisasi teknis lanjutan magang di buka oleh Budi dan Ulum yang menulis keterangan teknis di papan. Rampung sosialisai mereka di beri tugas untuk rapat redaksi kecil-kecilan dengan jumlah kelompok kurang di dalam sekret ataupun di luar. Tidak ada ikatan.
Semua calon anggota rared di luar. Saya dan Budi memutuskan liputan lanjutan. Sedangkan Ulum tetap di sekret takut ada tamu atau mereka masih ada yang bingung terkait teknis magang tadi. Budi yang memakai seragam sekret membonceng saya menuju rumah pak Muhaimin salah satu pengusaha juga.
Di depan rumah pak Muhaimin kami melihat pintu rumah yang tertutup. Tapi gerbang terbuka sekitar setengah meter. Kami masuk dan bingung apakah ada orang atau tidak. Acap kali Budi melihat ke belakang rumah yang menurutnya tempat produksinya di belakang. Dia berpikiran jika pak Muhaimin sedang ada di belakang sibuk memproduksi usahanya.
Tiba-tiba pintu rumah terbuka. Muncul seorang perempuan dan mempersilakan kami masuk. Kami pun masuk. Budi menjelaskan identitas, dan maksud tujuan datang ke rumah pak Muhaimin ini. Ibu itu menanggapi dengan baik setiap apa yang ditanyakan Budi padanya. Ibu itu adalah istri dari pak Muhaimin.
Ibu menjelaskan, bapak masih di luar, mengajar di sekolahan. Datangnya tidak pasti, namun jam dua sudah ada. Dia juga menyarankan, jika datang ke sini pagi-pagi saja. Tapi sebelum pukul 07.00, karena mengajar. Budi meminta nomor yang dapat digunakan untuk menghubungi pak Muhaimin. Rampung memberikan nomor, kami berpamitan pada ibu itu. “Nanti, saya hubungi langsung ke pak Muhaimin saja buk,” kata Budi. “Iya mas,” jawab ibu yang memakai kerudung cokelat.
(22/02/13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar